Silicon Valley Bisa Masuk Daftar Negara Terkaya di Dunia

Silicon Valley Bisa Masuk Daftar Negara Terkaya di Dunia

Daftarnegaraterkaya.web.id – Silicon Valley bisa masuk menjadi daftar negara terkaya di dunia. Padahal, wilayah itu hanya bagian dari negara bagian California di Amerika Serikat (AS).

Melansir dari The Mercury News, Silicon Valley karena pendapatan per kapita warga di sana mencapai USD 128.306 atau Rp 1,83 miliar (USD 1 = Rp 14.287). Total GDP di sana mencapai USD 275 miliar (Rp 3.929).

Angka itu menempatkan GDP Silicon Valley ke daftar 50 besar GDP tertinggi di dunia, lebih rendah dari Chili dan lebih tinggi dari Finlandia. GDP Qatar pun berhasil dikalahkan Silicon Valley.

Sebagai daerah yang merajai teknologi dunia, ekspor utama Silicon Valley adalah produk Google dan Apple. Daerah ini juga sarang berbagai startup, dan ada pula tenaga SDM lulusan Universitas Stanford.

Wilayah Silicon Valley mencakup Cupertino (lokasi markas Apple), Moutain View (markas Google), dan Menlo Park (markas Facebook). Perusahaan keuangan seperti Wells-Fargo dan Visa juga memiliki kantor di wilayah ini.

Namun, presiden Bay Area Council Economic Institute, Micah Weinberg, berkata tidaklah adil langsung membandingkan Silicon Valley ke negara lain. Sebab, ada faktor ketergantungan Silicon Valley ke daerah-daerah lain di AS.

Bila menjadi negara, kondisi Silicon Valley pun akan berubah karena daerah ini akan memerlukan pasokan air dan makanan dari daerah sekitarnya.

Selain Silicon Valley, ada lagi wilayah di AS yang pendapatan per kapita rakyatnya melebihi berbagai negara di dunia. Salah satunya adalah Midland di Texas yang pendapatan per kapita tiap orang mencapai USD 174.749 (Rp 2,4 triliun). Daerah itu adalah penghasil minyak dan pernah menjadi rumah keluarga presiden Bush.

Wapres JK Ingin Ada Silicon Valley ala Indonesia

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla (JK) menginginkan agar di Indonesia memiliki satu tempat yang menjadi ruang bagi para pencipta teknologi. Dia pun mengibaratkan tempat tersebut seperti Silicon Valley.

Silicon Valley merupakan salah satu daerah di San Fransisco, Amerika Serikat yang ditempati para inovator dan pencipta teknologi. Julukan ini karena daerah ini memiliki banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang komputer dan semikonduktor.

“Menghadapi kemajuan teknologi, saya bilang ini harus bikin semacam Silicon Valley di mana pusat-pusat teknologi digabung, dibentengi. Kayak Silicon Valley kan Stanford, kita apa,” ujar dia usai membuka Indonesia Industri Summit 2019 di ICE BSD, Tangerang, Senin, 15 April 2019.

Baca Juga : Fakta Menyenangkan Brunei yang Bikin Banyak Orang Ingin Jadi Warga Negaranya

Sebelumnya, JK menuturkan saat ini teknologi sendiri tidak lepas dari peranan kehidupan masyarakat sehari-hari. Sehingga ini menjadi penting bagaimana manfaat atas kemajuan teknologi mampu dimanfaatkan untuk para pelaku industri.

“Dalam tahun tahun ini kita banyak bicara tentang kemajuan teknologi , kemajuan teknologi telah merubah baik cara kita berproduksi, cara kita berperilaku dan hubungan sosial kita semua. Karena itu maka perubahan perubahan itu tidak mungkin kita tolak atau kita tidak menerima,” dia menambahkan.

JK mengatakan terlepas dari kemajuan teknologi, era revolusi industri 4.0 juga memiliki peranan penting dalam persaingan industri di dunia. Dengan dorongan perkembangan teknologi moderen diyakini akan mendongkrak pertumbuhan ekonomi melalui sektor industri.

“Semua itu sangat menentukan dalam kemajuan suatu masyarakat dan industri. Tentu bukan saja hanya revolusi industri tapi revolusi internship yang banyak terjadi,” katanya

Perkembangan Teknologi Justru Buka Lapangan Pekerjaan Baru

JK menegaskan bahwa revolusi industri 4.0 yang terjadi saat ini tidak akan menggantikan posisi pekerjaan manusia. Keberadaan perkembangan teknologi justru mampu melahirkan pekerjaan baru bagi masyarakat.

Pernyataan JK ini pun sekaligus meluruskan anggapan yang menyebut Sumber Daya Manusia (SDM) akan digantikan robot seiring perkembangan teknologi.

“Memang setiap waktu penuh dengan perubahan tapi bukan berarti kita kehilangan pekerjaan tapi menghasilkan pekerjaan baru,” ujarnya.

JK mencontohkan pada industri telekomunikasi. Pada saat itu banyak bermunculan bisnis Warung Telepon (wartel). Dengan kemunculan wartel membuka lapangan pekerjaan yakni sebagai penjaga wartel.

Namun seiring perkembangan teknologi, ketika munculnya smartphone tidak membuat para pekerja yang dulunya di Watel tergerus. Sebab, mereka membuka peluang dengan beralih untuk membuka konter atau isi pulsa.

“Sebagai salah satu contohnya dulu ada wartel banyak pekerjaan penjaga wartel. Begitu wartel ilang muncul penjual-penjual pulsa,” kata dia.

Kemudian, contoh lainnya adalah para pekerja di pelabuhan. Pada saat itu masih banyak kapal di pelabuhan yang kemudian lantas menyerap tenaga kerja di daerah sekitar perlabuhan. Ketika bergeser, sudah menggunakan kontainer jumlah tenaga kerja yang terserap tidak berkurang.

“Begitu juga pelabuhan dulu pelabuhan dengan kapal biasa diisi oleh pekerja pelabuhan setelah kontainer pekerjaan operator banyak,” pungkasnya.